Fiksiku : Semua yang Pertama

Bacaan Fiksi pertama

Manga pertamaku yang kuingat buku-buku cerita bergambar asal Jepang berjudul "Kungfu Boy" dari rumah penyewaan komik dan "Boy Action" yang kubeli satu persatu di toko buku Gramedia sewaktu masih SD sepulang sekolah. Itupun membacanya tidak runtut. Majalah komik Hongkong juga nyaris demikian : harga barunya mahal. Dulu bacaan anak orang kaya agaknya. Favorit utamaku ‘Tiger Wong’ kemudian ‘Tapak Sakti’ dan lain-lain.

Novel pertamaku adalah stensilan. Waktu itu bergaul dengan berandalan anak tetangga (remaja). Dapat begituan dibaca saja walaupun tidak sepenuhnya paham (sungguh!). Dibaca saja terus karena dulukan jargonnya ‘rajin (membaca) pangkal pandai'.

Novel sungguhan kumulai dengan beberapa karya ‘Agatha Christie’. Pengarang Indonesia pertama yang kubaca Dewi Lestari, seri awal "Supernova". Semua novel di atas kepunyaaan kakak cerewet. Adapun novel pertama yang dibeli sendiri adalah ‘Olenka’ oleh Budi Darma. Cara dapat karya-karya fiksi tersebut kebanyakan meminjam (dikembalikan atau tidak), disewa, dan sisanya dibeli sendiri. Bagaimana dengan kamu?

Lomba Menulis Pertama

Ajang pertama yang kuikuti adalah Lomba Menulis Cerpen Remaja (LMCR) 2008. Awalnya saya ragu dengan kemampuanku sampai akhirnya kuputuskan ikut serta pun ketika batas waktu yang tersisa untuk mengirimkan karya hampir habis. Materi lomba segera kurampungkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dengan semangat ’08, kubawa ke ekspedisi satu malam berapapun harganya di hari terakhir tenggat pengiriman (cap pos). Kantor kurir hampir tutup pula. Itu karya fiksi cerpen kedua yang pernah kubuat.
 

Di rentang waktu yang hampir bersamaan, karya fiksi pertamaku berbentuk Cerpen yang kuikutsertakan di Sayembara Mengarang Femina. Tapi amat disayangkan, saya lalai dengan tidak memasukkan salah satu syarat lomba ke dalam amplop pengiriman. Hampir dipastikan kemungkinan hasilnya.

Walaupun memang karya fiksi cerpen pertamaku gagal tapi karya keduaku menuai 40 karya favorit LMCR kategori umum. Yap, ada fotonya. kupikir itu cukup sebagai penulis pemula dan masih banyak kesempatan di masa depan. Hal terpenting ialah terus belajar dan berkarya.

Publikasi Tulisan Pertama (selain blog)

Sayangnya hingga saat ini belum ada karya fiksiku yang diterbitkan apalagi dibukukan. Tapi, I wonder bagaimana agar karyaku dimuat di media massa. Kupikir banyak orang yang menginginkan hal yang sama. Dengan sengaja, kulihat iklan lowongan kerja di halaman sebuah surat kabar. Kenapa Tidak? Aplikasi kukirim. Setelah menempuh dua kali perjalanan jauh bolak-balik untuk tes tertulis dan wawancara, saya diterima sebagai wartawan di salah satu harian terkemuka di Kaltim dan akhirnya tulisanku (sebut : karyaku) dimuat. Straight news, sidebar dan foto-foto bahkan di halaman depan, wow!! Menyenangkan luar biasa walaupun itu bukan fiksi dan hanya mirip fiksi (feature). Apakah itu curang?

Cinta ditolak


Tanggal 23 November 2009, saya mendapat surat cinta (e-mail) dari salah satu Harian Umum nasional bahwa naskah cerpen yang kukirim ditolak. Itulah penolakan pertama dari media sastra. Menurut mereka, naskah tersebut tidak sesuai untuk media bersangkutan. Tapi, paling tidak mereka memberi respon dibanding media-media lain. Saya berharap diberitahu lebih detil tentang apa yang sesuai dan tidak sesuai dengan naskah itu bagi mereka agar saya dapat belajar dan membuat perbaikan sehingga pada kesempatan lain berpeluang diterima. Mungkin saya tidak sehebat itu. Akan kukirim naskah lain yang lebih bagus ke sana .... (cium jauh).
 
*
nb : catatan lama yang di-repost

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Waktu : Akal dalam Kecepatan Cahaya

Logika, Penalaran dan Tesis

Filsafat Bahasa