Struktur Realitas

Syarat akal :

1.  Otak sehat, fisik dan mental (tidak mabuk)

2   Indera sehat

3   Informasi awal/sebelumnya (pengalaman)

4   Pengumpulan fakta dan realitas

Elemen pembentuk realitas empiris (peristiwa yang diamati/inderawi dan dialami) :

-          what

-          who

-          where

-          when

-          why

-          how

Dari riwayat perkembangan pembelajaran akademik (5W1H), unsur-unsur itu diurai, didalami, dan menjadi komponen terpisah dikenal sebagai wilayah kajian/bahasan filsafat. Sesungguhnya itulah filsafat-kedua, bukan "filsafat" sejati yang selama ini kita baca dan diskusikan. Keutamaan filsafat (filsafat-utama) adalah penalaran alami berdasarkan akal dan tidak bertentangan dengan fitrah manusia.

Dalam proses memahami realitas (being/ada), metafisika tidak sama dengan ontologi. Metafisika hanyalah realitas fisik yang tidak terjangkau penginderaan dan belum diketahui atau niscaya, sedangkan ontologi suatu konteks pembicaraan ; bisa berupa abstraksi atau dugaan-dugaan. Jadi wujud dan sifat metafisis selalu menjadi bagian dari ontologi. Mengeluarkan metafisika dari ontologi....(sedang kupelajari)

Hermeneutika

Struktur realitas hanyalah satu bagian (no.4) dari akal mafahim (pemahaman menyeluruh)...

Asumsi ontologis yang melandasi (dengan informasi awal/sebelumnya) -> sains (penginderaan dan perlengkapan observasi) -> bahasa (referensi dan penyampaian) -> makna (tujuan)

Dalam pencarian makna (tiga pertanyaan pokok), semakin manusia menapak tilas sejarah awal kehidupan, mereka menemukan kekosongan, ketidaktahuan, dan ketidakpastian ; saat itulah problem metafisis diselesaikan oleh epistemologi.


Paradigma Berpikir Rasional Kausal vs. Error

Empat error utama cara berpikir irasional dalam perbantahan dan debat kusir sehari-hari di media sosial politik bahkan di ruang akademik biasanya :

Pertama : mengadu kelahi tiap-tiap dari dua atau lebih pembentuk dalam kesatuan utuh

Kedua : memisahkan sebagian komponen dari badan induknya

Ketiga : mempertentangkan cara jalan-menuju dengan tujuan/hasil

Empat :  menjauhkan fondasi atau niat dengan pelaksanaan


Verifikasi-falsifikasi

Hal paling menjemukan tentu pernyataan meragukan 'kebenaran' apapun termasuk dari seluruh paragraf ini, apa-apaan itu? Ibarat saya tidak menerima kecanggihan smartphone tahun ini karena 2 - 3 tahun kedepan bakal ada penemuan baru. Lha iya lah itu kan sains (uslub dan wasilah) yang dipakai menuju tujuan/hasil. Mari tertib bernalar!

Saintisme hendak menyelesaikan polemik sains versus iman sama buruknya seorang ulama mendikotomikan antara iman dan akal, padahal perkara ini sama sekali bukan sebuah komparasi. Sesungguhnya kemajuan sains dan berbagai perlengkapan hanyalah uslub (penemuan teknik baru) dan wasilahnya (sarana) sedangkan percaya/tidak percaya adalah resultan dari penggunaan thariqah, uslub, dan wasilah tersebut.

Dalam pada itu, demikian pula upaya mengkonfrontasi agama dan sains. Keduanya tidak apple to apple. Agama adalah seperangkat aturan, kandungan metode meyakini sesuatu sedangkan sains adalah kumpulan tutorial, termasuk kecanggihan perkakas dan alat-alat. Cara -cara (uslub) dipakai melayani metode (thariqah) mempergunakan sarana dan prasarana (wasilah). Dalam dunia akademik uslub dirangkum sebagai metodologi (kumpulan manual baku dan sistematis). Jadi metodologi (uslub) bagian dari metode (thariqah) -bukan saingannya. Oleh karena itu agama, apapun sumber wahyunya, sebagai cara satu-satunya meyakini tuhan/ketuhanan (metode) bisa memanfaatkan bermacam sains (uslub) agar sampai pada cita-cita mereka. Khusus agama Islam, metode Al Quran yang rasional punya landasan saintifik dan telah terbukti kebenaranNya oleh banyak fenomena sains.

Dialektika

Kelurusan dialektika ialah metode versus metode, uslub melawan uslub dan seterusnya sampai antar peralatan yang paling berfungsi. Ketidaklurusan, ketidakjernihan, inkonsistensi dan standar ganda apabila ditilik lebih jauh dalam sejarah pemikiran dan riwayat para pemikir pembicara filosofi disebabkan publikasi mereka mengerucut pada menjauhkan tuhan dan peraturan agama di kehidupan politik dan perekonomian. Dan memang, dialektika segala pemikiran bermuara ke benturan idiologi

Sistem bilangan dan hukum Newton

Matematika dan hukum-hukum fisika berfungsi mengalihbahasakan sikap mental pikiran (rasional) ke dalam simbol-simbol praktis agar abstraksi pemikiran terukur sehingga memudahkan terjadi konvensi. Ilmu pengetahuan hasil kesepakatan objektif itu dipakai mengukur pencapaian hingga ketelitian spesifik dan dijadikan kembali alat ukur (standar) menilai penemuan lain atau kebaruan. Eksakta merupakan alat bantu sebagai zona landasan dan bukan fondasi arus balik.

Realitas (being) lebih luas dari rasionalitas. Idealisme Jerman keliru bahwa realitas hanya sebatas sejauh pikiran menggapainya. Di dalam realitas ada pikiran aktual rasional dan irrasional (gambaran imajiner/imajinatif). Lantas di kehidupan intelektual manusia dibangunlah lingkungan terukur (eksakta empiris). Paradigma Islam mencakup semuanya, real = realitas transendental.

'Kenyataan' real itu digambarkan dengan baik oleh sistem bilangan :

    study with student (youtube)

Keterangan gambar : Bagian R seharusnya tidak dilingkupi, tidak terbatas

Hukum Gerak
Hukum gerak Newton (gaya kausalitas) merupakan perumpamaan atas pengertian filosofis .... dari sikap mental cara berpikir rasional. Ia logika dasar dinamis di struktur realitas yg telah digambarkan lewat sistem bilangan. Ketika terjadi perbincangan serius, frasa "keluar dari......" berarti sesuatu tidak nyambung dari akumulasi sebab-sebab awal hingga out of context.

Pemodelan matematis dan fisika demikian dapat mengkompres pemahaman (abstraksi) terhadap endapan-endapan pengetahuan (refleksi).


 sumber : fisikazone

 

sumber : pixabay-kumparan

 

Note : tulisan ini esai kasar yang memerlukan tinjauan linguistik dan literature review


Referensi :



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Waktu : Akal dalam Kecepatan Cahaya

Logika, Penalaran dan Tesis

Filsafat Bahasa