Filsafat Bahasa
Sesungguhnya cara berpikir rasional mengandung gaya-gaya bahasa majas yang disajikan berupa perbandingan/perumpamaan logis dengan logika dasarnya = kausalitas. Kekayaan kenyataan rasional berbayang-bayang tak terhingga, dan ada limit di sana. Ketika anda menemukan teorema/rumusan baru dalam logika klasik matematika, ia harus disandarkan kembali pada realitas empirik (intuisionistik), disandingkan dengan hasil pengamatan sebelumnya bersama perlengkapan pengukuran.
Logika matematika artifisial salah satu bentuk ekspresi diantara berbagai macam bahasa semiotis yang berasal dari sikap mental (sebab alami bertujuan demi kepraktisan). Tentu beda dengan simbolisasi berbasis kejadian berulang sampai taraf "cocokologi". Lain semiotika lain pula simbolisme. Teori penanda dan petanda Saussure sering malah membingungkan hakekat bahasa. Pengetahuan sejarah menjadi amat vital menelusuri asbabun nuzul terbentuknya bahasa.
Strukturalisme perancis (structuralisme and since) menampakkan kecenderungan arus-balik memperlakukan bahasa. Dari lima pemikir : Barthes, Lacan, Foucault, dan Derrida -kecuali Levi-Strauss yang menulis dalam konteks Antropologi, walaupun seperti pemikir Perancis lain sama-sama mendapat pengaruh dari Saussure. Cara ber'bahasa' di sini tidak hanya dalam kesastraan novel dan puisi, telah terbit karya tulis psikoanalisa (Lacan), filsafat-kedua (Foucault dan Derrida), dan kritisisme (Barthes) yang bercorak mirip logisisme di matematika*. Mereka menggunakan cara eksperimental (lab) dan membangun fondasi berpikir dari sana untuk kemudian membebaskan pembaca memaknai sendiri-sendiri lintas ilmu. Itu sebetulnya sah dalam kesusastraan, misalkan pada sebuah novel obscure, tetapi karya tulis apapun tetap harus bertujuan dan punya kejernihan eksposisi. Meskipun hanya Levi-Strauss yang setia pada penulisan ilmiah dan disiplin akademis, menjalankan metode riset ilmiah di lingkungan pengetahuan sosial (IPS) lebih beresiko error.
Oleh karena itu, mencari kebenaran dari logika klasik (arus balik) ibarat berpikir keras menemukan kepastian maksud sembarang gaya bahasa orang lain. Dengan kata lain, itu selalu kebenaran sepihak. Kecuali, ada redaksi langsung dari penutur.
referensi :
Filsafat manusia - Zainal Abidin

Komentar